Kisah Saudagar Arab dengan Seekor Unta


Pada suatu hari saudagar minyak di Arab menunggang unta melintasi padang pasir. Ketika hari menjelang malam saat itu suhu menjadi sedikit lebih dingin. Saudagar mendirikan tenda dan diikatnya unta tersebut di sebuah tiang dimana tiang tersebut digunakan sebagai penyangga tenda. Kemudian sang saudagar tidur di dalam tenda sementara unta berada di luar tenda.

Suhu menjadi semakin dingin, saat itu unta bertanya kepada saudagar apakah ia (unta) bisa meletakkan hidungnya di dalam tenda supaya menjadi hangat. Karena ukuran tenda kecil dan tidak ada ruang untuk mereka berdua, saudagar menyepakati bahwa unta hanya bisa menempatkan hidungnya. Hidung unta menjadi hangat.

Setelah beberapa saat, suhu menjadi semakin dingin. Sang unta bertanya lagi kapada saudagar, jika ia (unta) diperbolehkan menempatkan kaki depannya karena suhu di luar sangat dingin. Saudagar enggan menyetujui bahwa si unta hanya bisa menempatkan kaki depannya ke dalam tenda, "Tidak lebih dari itu!" kata saudagar. Kemudian unta memindahkan kaki depannya sehingga menjadi hangat.

Setelah beberapa saat, unta bertanya lagi kepada saudagar bahwa ia (unta) harus memasukkan kaki belakangnya ke dalam tenda atau ia (unta) tidak akan mampu melakukan perjalanan di pagi hari berikutnya dengan keadaan kaki yang membeku.

Kemudian saudagar menyutujuinya dan ketika si unta memindahkan kaki belakangnya ke dalam tenda, dimana tidak ada lagi ruang di dalam tenda untuk saudagar dan ia tertendang oleh kaki unta sehingga terusir dari dalam tenda!

Apakah Anda sebagai seekor unta atau sebagai saudagar di dalam cerita tersebut di atas?
Apakah hubungannya dengan Improvement di Shopfloor?

Seekor Unta = Improvement dalam Mencapai Tujuan
Sesuatu yang besar tidak akan dapat dicapai sekaligus, selalu dimulai dari yang kecil dilakukan secara gradual terus menerus (KAIZEN).

Saudagar Minyak = Respon Anda terhadap Masalah
Masalah yang besar berawal dari sikap toleransi kita dalam menerima suatu keadaan atau membiarkannya menjadi bagian dari kehidupan kita.

Belajar dari kasus di Shopfloor, pada tahun 1991 saat pabrik baru satu tahun berdiri mereka menghadapi masalah defect di produksinya. Saat itu terjadi defect item sebanyak 4 jenis. Mereka menganggapnya itu adalah suatu hal yang wajar tanpa berpikir / berusaha untuk mengurangi jenisnya atau bahkan menganggap "Target Zero Defect" adalah suatu hal yang sangat mustahil!

Sepuluh tahun pabrik tersebut masih beroperasi dan masih menjadi yang terbesar di Indonesia dari segi volume penjualan, apa yang terjadi terhadap jenis defect yang mereka hadapi? Jenis defect beranak-pinak menjadi sebanyak 11 jenis dengan porsi yang semakin membesar. Mereka bahkan meresmikannya ke dalam laporan produksinya, menjadikannya suatu kegiatan 'ritual' setiap hari menuliskan di lembar laporan produksinya. Saat itu mereka para senior di shopfloor masih bersikukuh bahwa perusahaan masih bisa menjadi yang terbesar!

Saat ini, pabrik tersebut berusia 20 tahun memiliki jenis defect sebanyak 52! Para senior disana saat ini sedang kepusingan menghadapi persaingan global yang begitu cepat dalam perubahan. Pabrik akan ditutup karena sudah tidak dapat bersaing dari segi Mutu dan Biaya produksi. Kerepotan menghadapi serbuan produk-produk dari Cina yang semakin membaik mutunya dengan harga yang lebih kompetitif. Dan sebentar lagi akan menghadapi India sebagai pendatang baru di Indonesia. Ooohh!